Seminar Internasional Pertanian Organik Solusi Untuk Perubahan Iklim Dan Ketahanan Pangan



Batu - Di tengah berbagai tantangan pertanian saat ini, pertanian organik diyakini mampu menghadapi tantangan seperti perubahan iklim dan ketahanan pangan. AOI (Aliansi Organis Indonesia) mengadakan Seminar Internasional Pertanian Organik  yang dilaksanakan di hotel agrokusuma, Kota Batu, Rabu (22/10/2014). Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Wakil Walikta BAtu Punjul Santoso,Ketua DPRD Kota Batu, dan Kepala Balitjestro Kota Batu. Seminar Internasioanl ini merupakan rangkaian dari kegiatan Rapat Umum Anggota , Aliansi Organis Indonesia (RUA-AOI), ajang pertemuan anggota AOI per 3 tahunan yang berlangsung pada 19-23 Oktober 2014 di Wonosari, Malang , Jawa Timur yang diikuti oleh sebanyak 300 orang aktivis pertanian organik.

Menurut Rasdi Wangsa, Direktur Utama Aliansi Organis Indonesia (AOI) dalam laporannya mengatakan, bahwa pertanian organic merupakan pertanian yang selaras dengan alam, menghayati dan menghargai prinsip-prinsip yang bekerja dialam yang telah menghidupi segala makluk hidup berjuta-juta tahun lamanya. “Dalam prateknya budidaya pertanian organic menggunakan seoptimal mungkin bahan-bahan alami yang terdapat di alam sekitarnya,tidak menggunakan asupan agrokimia(bahan kimia sintetis untuk pertanian) dan tidak memakai benih atau asupan yang mengandung bahan-bahan hasil rekayasa genetika atau transgenik,”jelas Rasdi Wangsa.


Dalam kesempatan ini Presiden Aliansi Organis Indonesia (AOI) yang terpilih saat RUA di Malang,21 Oktober 2014 Wahyudi mengatakan,meningkatnya harga bahan bakar fosil makin membuat harga faktor-faktor produksi tersebut membubung tinggi. Sehingga lahan untk pertanian pangan semakin kecil dan harga pangan semakin melonjak menyesuaikan diri dengan bahan bakar fosil. “Ini semua menyebabkan semakin tingginya kerentangan kelompok produsen pangan. Yang mengkhawatirkan petani terjerumus ke dalam kondidi kemiskinan sistemik dan semakin lemahnya ketahanan pangan masyarakat, daerah terpaksa harus mengimpor pangan dari tempat lain dengan harga tinggi dengan kualitas rendah,”ungkap Wahyudi. (hadi/udha)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar